Contoh Proposal PTK (1)

Dalam kegiatan belajar di kelas sering guru merasa kesulitan untuk menanganai siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini dimungkin rata-rata kelas yang ada adalah kelas gemuk yaitu kelas dengan jumlah siswa rata-rata dia atas 35 siswa. Untuk mensiasati kondisi tesebut guru dapat meminta bantuan kepad siswa yang semsetinya memperoleh program pengayaan untuk menjadi Peer – Tutor atau Tutor sebaya.

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Budaya belajar pada siswa SMP Negeri 2 Baturraden khususnya siswa kelas IX tergolong rendah. Hal ini dapat disimpulkan dari diskusi-diskusi kecil para guru pada saat jam istirahat. Para guru rata-rata mengeluhkan rendahnya kesadaran siswa untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas-tugas mandiri.Pada saat kegiatan belajar di kelas sebagian besar siswa cenderung pasif. Hal ini juga terjadi pada kegiatan belajar mengajar matematika. Akibat dari kondisi ini rata-rata prestasi belajar siswa menjadi rendah.
Rendahnya motivasi belajar siswa khususnya pada siswa kelas IX berakibat pada hasil Ujian Nasional yang kurang memuaskan, bahkan tingkat kelulusan kelulusan tiga tahun terakhir kurang dari 90%. Dari hasil Ujian Nasional dapat diketahui terdapat kesenjangan antara siswa yang bernilai rendah dan yang bernilai tinggi. Hal ini menununjukkan adanya ketidak merataan pemahaman materi pelajaran pada siswa.Pada siswa yang aktif relatif mendapat nilai yang tingi sedang pada siswa yang pasif rata-rata nilainya rendah.

Hasil Ujian Nasional Siswa SMP Negeri 2 Baturraden
Dari Tahun Pelajaran 2005/2006 s.d 2007/2008



  Tahun Pelajaran
Mata Pelajaran

Rata-rata

%Kelulusan
B.Indonesia
B. Inggris
Matematika
I P A
2005 / 2006
7,65
5,47
5,44
­­_
6.19
60,98
2006 / 2007
7,58
5,31
5,71
­­–
6.20
83,25
2007 / 2008
7,14
5,05
5,33
5,71
5.81
83,00

Jika dilihat pada tabel di atas rata- rata nilai matematika masih di bawah 6. Bahkan siswa yang tidak lulus rata-rata dikarenakan nilai mata pelajaran matematika masih di bawah nilai standar kelulusan. Sebenarnya materi uji matematka pada UN tahun 2007 dan 2008 lebih simpel karena mengacu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), dimana pada kurikulum KTSP muatan materinya lebih ringkas dibanding kurikulum 1994 .
Adapun bentuk perilaku pasif yang sering ditunjukkan siswa pada saat KBM diantaranya adalah, kurang berani bertanya, takut menjawab pertanyaan yang diberikan guru, lebih senang berdiam diri daripada memberikan pendapatnya , bahkan berbicara atau bercanda dengan teman sebangku. Berangkat dari kondisi tersebut tersebut muncul gagasan sebuah strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meminimalisasi permasalahan di atas.

.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah utama yang mendesak untuk diselesaikan adalah mebangun kesadaran belajar dan sikap aktif yang dimiliki siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Baturraden dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepad siswa diperoleh informasi hanya sekitar 45% siswa yang mempunyai sikap aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan analisis penyebab terjadinya masalah (probable causes) dengan menggunakan, brainstorming dengan guru sejawat, dan pengalaman peneliti sebagai guru matematika, penyebab yang paling mungkin munculnya masalah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Masalah yang bersumber dari guru :
1. Selama proses pembelajaran matematika berlangsung, guru masih dominan menggunakan metode ceramah. Sehingga keaktifan siswa menjadi rendah.
2. Guru jarang menggunkan model pembelajaran kooperatif atau belajar berkelompok.
3. Guru beranggapan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu dan tenaga sehingga ketuntasan materi dikhawatirkan tidak tercapai.
4. Guru yang menggunakan model pembelajaran koopertif sering bersifat kompetitif sehinga siswa yang berprestasi rendah semakin tersingkir.
b. Masalah yang bersumber dari siswa :
1. Sebagian besar siswa masih beranggapan guru sebagai orang yang harus ditakuti bukan orang yang harus didekati.
2. Siswa tidak berani bertanya kepada guru karena takut dianggap bodoh oleh teman-temannya.
3. Kurang berani mengeluarkan pendapatnya karena takut salah.
4. Siswa yang pandai cenderung enggan untuk membantu teman yang masih belum paham materi yang diajarkan guru
5. Siswa yang pandai lebih senang mengelompok dengan teman-teman yang prestasinya setara.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Sekurang-kurangnya 45% siswa kelas 9 A SMP Negeri 2 Baturraden Tahun Pelajaran 2008/2009 kurang berperan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk menyelesaikan masalah dia atas perlu dilihat dari penyebab utama yang ada. Perlu strategi pembelajaran yang mampu meminimalisasi permasalahan di atas. Suatu strategi diharapkan mampu menggerakkan siswa untuk lebih aktif saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Strategi yang juga mendororng siswa yang pandai untuk peduli kepada temannya, sehinga terjadi prosese belajar yang bersifat kolaboratif.
Dalam prosese belajar mengajar tampaknya perlu memberikan tanggung jawab kepada siswa yang pandai untuk membantu guru dalam membimbing temannya yang mengalami kesulitan belajar dalam pembelajaran matematika. Hal ini dirasa perlu dilakukan dikarenakan masih banyaknya siswa kurang terbuka menyatakan kesulitan yang dialami kepada guru. Permasalahan ini bisa disebabkan karena faktor malu, takut atau kesuliatn secara verbal berkomunikasi dengan guru. Biasanya siswa dengan kesulitan semacam ini akan lebih mengkomunikasikan kesulitannya kepada teman sebayanya.
Salah satu strtegi pembelajaran yang diyakini mampu mengatasi permaslahan di atas adalah strategi pembelajarn tutor sebaya atau peer tutor.Dalam penggunaan strategi tersebut penulis mengembangkan menjadi peer tutor plus Strategy. Dalam strategi ini siswa yang berperan sebagai tutor diberi peran layaknya seorang guru, yang tidak hanya membimbing siswa yang mempunyai kemampuan di bawahnya juga melakukan pengamatan perkembangan hasil belajar temannya yangs selanjutnya dilaporkan secara berkala kepada guru. Siswa sebagai tutor menginventarisasi perkembangan siswa baik yang berupa nilai tugas, ulangan maupun sikap siswa saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.Dari hasil laporan inilah yang akan digunakan oleh guru untuk melakukan tindak lanjut kegiatan belajar ,mengajar berikutnya.. Dengan strategi ini diharapkan tidak hanya keaktifan siswa yang meningkat juga penilian autentik juga dapat terlaksana. .
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian
Meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di SMP Negeri 2 Baturrdaen ditunjukkan dengan meningkatnya prosentase siswa yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar diikuti dengan meningkatnya prestasi
belajar siswa.
Tujuan khusus penelitian
Pada akhir siklus pada semester genap tahun 2008/2009 siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Baturraden yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar matematika meningkat secara signifikan , diikuti dengan peningkatan prestasi belajar berupa peningkatan kualitas dan kuantitas lulusan.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini telah memberi manfaat bagi beberapa pihak, di antaranya :
Bagi peserta didik
1. Tumbuhnya kesadaran siswa untuk selalu brepartispasi aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar,
2. Siswa merasa senang dengan pembelajaran matematika karena tidak merasa canggung untuk bertanya, meminta penjelasan berkaitan dengan kesulitan belajar yang dialaminya ,
3. Dapat melatih kepedulian siswa yang prestasi matematikanya di atas rata-rata kepada siswa yang pretasinya masih rendah, sehingga dapat meminimalisasi egoisme siswa.
Bagi guru
Strategi belajar ini dapat menjadi alternatif bagi guru yang mempunyai permaslahan siswa dengan keaktifan dan prestasi belajar yang relatif rendah .
Bagi sekolah
Memberikan sumbangan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di SMP Negeri 2 Baturraden, Kabupaten Banyumas.

Bagi masyarakat
Karena siswa siswa dibiasakan untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan selalu didorong untuk peduli kepada teman, maka sifat dan perilaku tersebut diharapkan akan terbawa dalam kehidupan bermasyara
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS


2.1 Landasan Teori
Peer – Tutor ( Tutor Sebaya )
Kelompok sebaya merupakan wadah yang sangat penting bagi terselesaikannya tugas-tugas perkembanganyang dihadapi para siswa. Di sinilah peran-perannya menurut jenis kelamin masing-masing. Mereka belajar berkooperasi, berkompetisi, belajar ketrampilan-ketrampilan sosial, belajar tentang nilai-nilai, hidup bergotong royong dalam kehidupan bersama menuju tujuan-tiujuan bersama-sama. ( Oemar Hamalik,2003).
Dalam kegiatan belajar di kelas sering guru merasa kesulitan untuk menanganai siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini dimungkin rata-rata kelas yang ada adalah kelas gemuk yaitu kelas dengan jumlah siswa rata-rata dia atas 35 siswa. Untuk mensiasati kondisi tesebut guru dapat meminta bantuan kepad siswa yang semsetinya memperoleh program pengayaan untuk menjadi Peer – Tutor atau Tutor sebaya. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006) ada beberapa manfaat dari kegiatan Tutoring ini, yaitu :
a. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunya perasaan takut atau enggan kepada guru.
b. Bagi Tutor, perkerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang di bahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah serta menghapalkannya lagi.
c. Bagi Tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban tugas dan melatih kesabaran.
d. Mempererat hubungan anatara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.
Pendekatan Kolaboratif
Pada kegiatan pembelajaran saat ini berkembang pendekatan pembelajaran kooperatif yang bersifat kompetitif. Dimana dalam pembelajaran tersebut tiap kelompok didorong untuk saling mengungguli satu dengan yang lain.. Akibat dari pendekatan ini tidak jarang terjadi kesenjangan kemampuan yang dipero;eh tiap-tiap kelompok pada saaat kegiatan pembelajaran. Kelompok yang unggul cenderung tidak mau berbagi pnegetahuan terhadap kelompok yang lain. Kelompok yang unggul menganggap kelompok lain sebagi pesaing. Akibatnya kelompok yamng mempunyai kemampuan rendah sulit untuk mengikuti kemampiuan kelompok yang unggul. Lebih lanjut dari kondisi tersebut adalah kelompok dengan kemampuan rendah selalu tertingga; dan frustasi. Hal lain yang mungkin terjadi adalah guru cenderung memperhatikan kleompok siswa yang memiliki kemampuan yang baik.
Untuk menghindari kondisi dia atas perlu dilakukan pendekatan yang tidak hanya menekankan pada persaingan. Suatu pendekatan yang memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa yang saling bekerja sama dalam pencapaian penguasaan materi pelajara. Dimana terjadi siswa atau kelompok yang sudah menguasai materi pelajaran mengajar kepada siswa yang belum menguasai. Pendekatan kerja sama ini sering disebut dengan Pendekatan Kolaboratif.
Menurut Tim Widiaiswara LPMP Jateng ( 2008 ) dalam pendekatan Kolaboratof dimungkinkan terjadi saling belajar membelajarkan antar siswa sehingga pencapain belajar siswa relatif sama.
Kerja sama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih mungkin untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar menghargai orang lain, mendengarkan dengan pikiran terbuka, dan membangun persetujuan bersama. Dengan bekerja sama, para anggota kelompok kecilakan mampu mengatasi berbagi rintangan, bertindak mandiri dan dengan penuh tanggung jawab, mengandalkan bakat setiap anggota kelompok, mempercayai orang lain, mengeluarkan pendapat dan mengambil keputusan. ( Elaine B. Johnson, 2007 )
Pembelajaran Matematika
Refleksi dan komunikasi adalah proses yang saling terjalin dalam belajar matematika. Dengan perencanaan dan dan perhatian yang eksplisit oleh para guru ,komunikasi untuk tujuan-tujuan refleksi bisa menjadi suatu bagian yang alamiah dari belajar matematika.Para siswa yang masih anak-anak dapat diminta untuk ”berpikir dengan keras” , dan pertanyaan –pertanyaan cermat yang diajukan oleh guru atau teman sekelas bisa memancing mereka untuk meninjau kembali penalaran mereka. Dengan pengalaman , para siswa akan memperoleh pengalaman dalam mengatur dan menacatat pemikiran mereka.(Prof. Wahyudin, 2008)




2.2 Kerangka Berpikir
Untuk medukung terwujudnya komunikasi anatar siswa yang dapat membangun pemahaman dalam pembelajaran matematika, guru membentuk situasi kelas yang mendukung terbentuknya komunitas diamaa dalam komunitas tersebut para siswa akan merasa bebas mengekspresikan gagasan-gagasan mereka.Dalam komunitas tersebut siswa dapat saling berbagi gagasan –gagasan matematis dalam cara-cara yang cukup jelas dimengerti dalam kominitas siswa tersebut.
Di tingkat SMP siswa cenderung tidak mau menonjolkan diri dalam kelompoknya, bahkan ada siswa yang cenderung menarik diri dalam kelompoknya. Untuk itu guru mempunyai peran yang sangat penting dalam penciptaan komunitas kelas yang mampu merangsang adanya komunikasi antar siswa. Perlu pembentukan kelompok komunitas yang bersifat heterogen khususnya pada kemampuan akademik . Melalui kelompok tersebut diharapkan mampu memecahkan kebuntuan komunikasi yang terjadi antara siswa dengan siswa maupun siswa dan guru.
Empat pilar pendidikan sejagat yang dicanangkan oleh UNESCO dan menopang imperatif pendidikan bagi semua (education for all) adalah learning to know, learning to be, learning to do, dan learning to live together. Paradigma dan orientasi yang demikian dipandang menuntut wawasan dan cara pandang baru dalam mengelola proses pembelajaran.
Sejalan dengan pemikiran di atas, cara pandang pembelajaran tradisional yang mengedepankan penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan isi harus berubah menjadi siswa mampu memahami, dan mengaplikasikan ide dan proses yang lebih kompleks. Pebelajar tradisional bekerja sendiri, berkompetisi satu dengan lainnya, hanya menerima informasi dari guru harus berubah menjadi pebelajar yang bekerja dalam kelompok, berkolaborasi dengan lainnya. Pebelajar mengkonstruksi, berkontribusi, dan melakukan sintesa informasi pada pebelajar modern ( Kistono, 2002), sehingga strategi pembelajaran yang disarankan adalah pembelajaran yang memberi ruang bagi pebelajar untuk mengaplikasikan gagasan-gagasannya sendiri, memperoleh pengalaman langsung melalui kegiatan-kegiatan explorasi, discovery, inventory, investigasi, (Gafur, 2003).
Pemikiran senada adalah teori baru dalam psikologi pendidikan di antaranya teori pembelajaran konstruktivisme (constructivist theories of learning). Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan, membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya, dan guru dapat memberi kesempatan untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan membimbing siswa menjadi sadar dan secara sadar pula menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Wartono dkk, 2004). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuannya, mereka harus bekerja memecahkan masalah, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Peer Tutor Plus Strategy
Berdasarkan uraian di atas, untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini diperlukan strategi pembelajaran yang mampu menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah..Perlu dibentuk komunitas atau kelompok-kelompok dalam kelas yang dapat merangsang komunikasi aktif antar siswa dan siswa dengan guru. Sehingga dapat saling membantu antar siswa dalam memahami konsep-konsep dan masalah dalam belajar matematika.
Untuk menciptakan kondisi seperti di atas guru membutuhkan bantuan siswa kelompok atas yang seharusnya mendapatkan pengayaan untuk menjadi tutor bagi kelomponya yang biasa disebut dengan peer tutor atau tutor sebaya.
Adapun dalam model pembelajaran ini tutor selain bertugas membantu siswa yang mempunyai kemampuan di bawahnya juga diberi tugas mengamati perkembangan kemampuan siswa baik secara kademik maupun secara sikap diaman tutor melaporkan perkembangan temannya kepada guru secara berkala. Oleh karena itu model pembelajaran ini disebut dengan strategi pmebelajaran Peer Tutor plus..
Implementasi PEER TUTOR Plus Strategy
PEER TUTOR Plus Strategy adalah strategi pembelajaran yang memanfaatkan siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata di kelasnya sebagi tutor teman sebaya dalam kelompoknya dan juga melaporkan perkembangan belajar teman-teman dalam kelompoknya secara berkala kepada guru,
. Adapun langkah-langkah strategi pembelajarn Peer Tutor plus adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Kelompok
Dibentuk kelompok heterogen baik dalam kemampuan akademis maupun jenis kelamin.Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa dalam berinteraksi seacar social tanpa mebeda-bedakan kemampuan dan jenis kelamin sehingga mempunyai sikap terbukap dan toleran keopada sesame.
2. Pendampingan oleh Tutor
Bekerja dalam kelompok kooperatif untuk memecahkan soal atau masalah yang diberikan oleh guru. Siswa yang berperan sebagai tutor melakukan pembimbingan kepad siswa yang kurang memahami penjelasan atau masialah yang diberikan oleh guru.. Bagi tutor yang tidak dapat menjawab pertanyaan teman dalam kelompoknya dapat meminta bantuan guru.
3. Penugasan oleh guru
Guru memberi kan tugas kelompok dari buku siswa atau Lembar Kerja Siswa. Tutor melakukan pembimbing kepada siswa yang mengalami kesulitan.
4. Diskusi Kelompok
Upaya untuk mendapatkan penyelesaian yang tepat dari pemecahan masalah atau soal yang telah diberikan. Disamping diskusi dalam kelompok juga dilakukan diskusi antar kelompok agar hasil masing kelompok dapay terkomunikasikan.Dalam hal ini guru melakukan pembimbingan seperlunya.
5. Pengamatan dan inventarisasi masalah individu oleh tutor
Tutor melakukan pengamatan sikap teman dalam kelompoknya dan perkembangan hasil belajarnya. Dalam hal ini yang perlu diinventarisir oleh tutor masalah yang dihadapi tiap individu dalam kelompoknya, untuk kemudian dilaporakan kepada guru baik secar lesan maupun tertulis.


6. Pos Tes
Diberikan tes secara individu, untuk mengetahu sejauh mana perbedaan hasil dari nilai kelompok dan nilai indivdu . Disamping itu juga untuk mengetahui sejauh mana perkembanagan prestasi belajar tiap-tiap siswa
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah:” Peer tutor plus Strategy“ dapat meningkatkan peran serta aktif dan prestasi belajar siswa dalam kegiatan belajar matematika,pada siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Baturraden , Kabupaten Banyumas”.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN



3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Baturraden Kabupaten Banyumas. SMP Negeri 2 Baturraden adalah salah satu sekolah di Kabupaten Banyumas, berlokasi di jalan Raya Kemutug Kidul, kecamatan Baturtraden, berjarak ± 7 km ke arah utara dari kota Purwokerto, di kaki gunung Slamet.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2008/2009. Berlangsung pada bulan januari sampai dengan April 2009.

3.2 Metode dan Rancangan Penelitian
Metode penelitian berhubungan dengan tata urutan penelitian ini akan dilakukan. Karena penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskripsi yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988). Classroom Action Research dapat dikelompokkan dalam penelitian dengan metode deskriptif sekaligus metode eksperimen.
Salah satu ciri Classroom Action Research adalah cyclic atau adanya langkah-langkah yang terukur dan terencana dalam sebuah siklus. Sehingga rancangan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus melalui fase-fase Planning (Perencanaan), Acting (Tindakan), Observing (Pengamatan), dan Reflecting (Refleksi) (Kemmis dan Mc Taggart, 1992),

 


3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 9 A SMP Negeri 2 Baturrden pada semester genap Tahun Pelajaran 2008/2009. Kelas ini tergolong kelompok siswa dengan prestasi sedang bahkan cenderung rendah, sebuah kelas yang terdiri dari kombinasi antara siswa dengan dengan prestasi belajar yang rendah dan siswa dengan prestasi belajar peringkat sepuluh besa, juga terdapat siswa yang aktif dalam organisasi OSIS. Kondisi tersebut turut berakibat pada munculnya kesenjangan partisipasi dan prestasi dalam kegiatan pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika. .
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan data
Teknik Pengumpulan Data
Fokus penelitian ini adalah partisipasi belajar siswa, kerjasama dan sikap peduli siswa terhadap teman . Untuk memperoleh data-data tersebut digunakan beberapa teknik dan alat pengumpul data di antaranya:
a. Teknik angket dan wawancara untuk data sikap
Untuk mengetahui perkembangan proses dan atau pencapaian kompetensi sikap peduli siswa.
b. Teknik tes unjuk kerja (performance test)
Digunakan untuk mengukur kinerja siswa di kelas , Penilaian ini mencakup hasil akhir serta proses pembelajaran. Dalam penelitian ini siswa melakukan melakukan kegiatan belajar yang bersifat kolaboratif.
c. Teknik pemberian tugas kelompok
Untuk mengukur aktifitas kelompok terhadap tugas yang diberikan, dan kepedulian tutor terhadap teman yang mengalami kesulitan belajar.
d. Teknik Observasi
Digunakan untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola kelas pembelajaran
e. Learning Logs siswa
Untuk mengetahui, perasaan, tanggapan, gagasan siswa yang sebenarnya tentang proses pembelajaran yang dialaminya.

Alat Pengumpul data
Sesuai dengan data yang ingin diperoleh dan teknik yang digunakan, maka alat pengumpul data yang digunakan sebagai berikut :
a. Quesioner
b. Panduan wawancara
c. Rubrik unjuk kerja
d. Lembar Observasi
e. Rubrik tugas
f. Jurnal peneliti
g. Catatan siswa

Pengumpulan data dilaksanakan secara bertahap. Data sikap partisipasi dan prestasi diambil pada saat pra siklus untuk memperoleh data awal sebelum treatment pembelajaran dilakukan dan diambil pada akhir sikulus. Data kemampuan pemecahan masalah siswa, Data kemampuan pengelolaan kelas guru diambil pada setiap fase acting pada siklus. Learning log siswa digunakan pada tahap refleksi setiap siklus dalam rangka Data Triangulation dan Source Triangulation.

3.5 Validasi Data
Validasi dan reabilitas instrumen/data digunakan practically validity/reability, artinya sepanjang peneliti dan guru mitra memutuskan bahwa istrumen layak digunakan maka instrumen/data tersebut dapat dinyatakan valid dan reliabel. Untuk meningkatkan validasi akan digunakan pula strategi berikut, yakni:
1. Face validity, Setiap anggota saling menilai/memutuskan validitas suatu instrument/data dalam proses kolaborasi.
2. Triangulation, Menggunakan berbagai sumber data untuk meningkatkan kualitas penilaian. Perhatikan Gambar 4. Skematik Triangulation










Gambar 4. Skematik Triangulation
3.6 Analisis Data
Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang, menggolongkan data untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Sejalan pula dengan Tripp dalam Priyono (2001) menyatakan analisis data merupakan proses mengurai sesuatu ke dalam bagian-bagiannya. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini yakni: (1). Identifikasi data, (2). Melihat pola-pola, dan (3) membuat interpretasi.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran Matematika SMPN 2 Baturraden ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika dan prestasi belajar siswa.
Untuk memastikan adanya perubahan berupa peningkatan peran aktif siswa, peningkatan kinerja guru, dan perubahan sauasana kelas, maka perlu dilihat dari berbagai sudut pandang, dengan menggunakan beberapa teknik triangulasi, yakni :
3. Theoritical triangulation, menggunakan berbagai teori dalam menelaah setiap perubahan
4. Data triangulation, mengambil data dari berbagai suasana, waktu, dan tempat
5. Source triangulation, mengambil data dari berbagai nara sumber
6. Instrumental triangulation, menggunakan berbagai macam alat/instrumen seperti telah disampaikan pada teknik pengumpulan data

3.7 Indikator Kinerja
Penelitian ini dianggap berhasil jika telah memenuhi indikator kinerja berikut:
1. Sekurang-kurangnya 75% siswa menunjukkan peran aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika di kelas.
2. Sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat nilai ulangan di atas krteria ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah ditentukan.
3. Sekurang-kurangnya 75% tutor aktif memberi bimbingan kepada teman dalam kelompoknya.


3.8 Prosedur Penelitian
Sesuai dengan rancangan penelitian maka prosedur penelitian ini melalui 2 siklus, sebagaimana dijelaskan berikut ini :
Siklus I
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Setelah merumuskan cara pemecahan masalah, kegiatan tahap perencanaan ini menyiapkan rencana pembelajaran meliputi: pembuatan Silabus Peer Tutor plus Strategy, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peer Tutor plus Strategy dan Sistem Penilaian Peer Tutor plus Strategy.
Persiapan lain adalah pembuatan alat pengumpulan data meliputi: Quesioner, Lembar kerja Siswa dan rubrik, Lembar Observasi, seperti pada lampiran.
2. Tahap Pelakasanaan (Acting)
Pada siklus I, dilakukan pembelajaran dengan Peer Tutor plus Strategy yaitu:
a. Pengelompokan siswa
b. Pendampingan oleh tutor
c. Penigasan oleh guru
d. Diskusi Kelompok
e. Pengamatan dan inventarisasi maslah individu oleh tutor
f. Pos tes.
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra sebagai observer. Fokus pengamatan adalah aktifitas siswa dan guru serta interaksinya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa rubrik kinerja ilmiah, lembar observasi proses pembelajaran untuk melihat urutan kegiatan, apa yang terjadi selama proses pembelajaran, dan untuk menjamin validasi data dengan teknik triangulasi.
4. Tahap Refleksi (reflecting)
Kegiatan refleksi dilakukan dalam waktu 1 x 24 jam setelah fase Acting dan Observing untuk menjamin akurasi dan kesegaran data. Kegiatan yang dilakukan meliputi analisis, sintesis, interpretasi, menjelaskan dan menyimpulkan data temuan. Hasil refleksi pada siklus I menjadi bahan untuk memperbaiki kinerja pada siklus berikutnya.

Siklus II
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Merencanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II. Merencanakan perbaikan kinerja pada siklus II. Membuat persiapan pembelajaran meliputi Silabus, RPP, Sistem Penilaian dengan Peer Tutor plus Strategy.
2. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pada siklus II, pembelajaran dilakukann dengan Peer Tutor plus Strategy..
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra. Fokus pengamatan masih tetap yakni aktifitas siswa, guru dan interaksinya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan semua alat pengumpulan data dan untuk melihat urutan kegiatan, apa yang terjadi selama proses pembelajaran, dan untuk menjamin trianggulasi data serta validasi data.
4. Tahap Refleksi ( Reflecting )
Secara umum kegitan tahap ini sama dengan kegiatan refleksi pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan meliputi analisis, sintesis, interpretasi, menjelaskan dan menyimpulkan langkah berikutnya.

Disalin dari : CATATAN GURU nDESO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar